KETIKAmenjajah Indonesia selama ratusan tahun, Belanda melancarkan serangkaian taktik politik untuk menguasai Nusantara. Salah satunya ialah taktik devide et impera, yang berarti "pecah dan berkuasa", atau dikenal juga sebagai politik adu domba. (Baca juga: 4 Raja Hebat di Masa Kerajaan Islam, Nomor 2 Usir Portugis dari Sunda Kelapa) Taktik ini memiliki tujuan untuk mencegah berkembangnya Belandapernah melakukan politik adu domba di nusantara, yaitu antara - 28867471 azzahraranianabilah3 azzahraranianabilah3 21.04.2020 Iklan LOIOIOIOI LOIOIOIOI Jawaban: Jawaban:Belanda pernah melakukan politik adu domba antara → Raja Gowa Sultan Hasanuddin dengan Raja Bone (Aru Palaka). Iklan Iklan kristian77 kristian77 Selarung Nostalgia Secaraprinsip, praktik politik adu domba adalah memecah belah dengan saling membenturkan (mengadu domba) kelompok besar yang dianggap memiliki pengaruh dan kekuatan. Tujuannya adalah agar kekuatan tersebut terpecah-belah menjadi kelompok-kelompok kecil yang tak berdaya. Dengan demikian kelompok-kelompok kecil tersebut dengan mudah dilumpuhkan Playthis game to review Social Studies. Bangsa asing pertama yang tiba di Indonesia adalah. Preview this quiz on Quizizz. Bangsa asing pertama yang tiba di Indonesia adalah. IPS Kelas 5 SD. DRAFT. 5th grade. 0 times. Social Studies. 0% average accuracy. 13 hours ago. ohanyfh. 0. Save. Edit. Edit. IPS Kelas 5 SD DRAFT. Sebagaimanadikatakan oleh KH Abd Mun'im DZ, Belanda juga mengambil strategi serupa ketika menghadapi kelompok Islam dengan taktik lain, yaitu 'politik belah bambu' (satu diinjak yang lain disanjung). Maksudnya, mereka mengadu domba antara satu agama dengan agama lain. Termasuk menjadi sutradara saat membentrukan antar sesama Islam. Awalmula penjajahan Belanda di Indonesia terkait Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang berdiri pada 20 Maret 1602. Beberapa peraturan penjajah Belanda yang menyengsarakan rakyat nusantara yaitu: Politik adu domba, VOC melakukan politik adu domba (devide et impera) yaitu saling mengadu domba antara kerajaan yang satu dengan kerajaan SobatSMP pasti pernah mendengar istilah devide et impera atau yang lebih dikenal dengan politik pecah-belah (politik adu domba). Belanda melakukan politik adu domba dan memecah-belah persatuan supaya kerajaan-kerajaan tersebut berperang. Pada saat terjadi perang antarkerajaan, Belanda membantu salah satu kerajaan tersebut. Selainitu, juga memuat penjelasan tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, dimulai dari Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat Pilar tersebut diungkapkan tentang sejarahnya, perkembangannya, tantangan kekiniannya, dan aktualisasi. 2. PangeranDiponegoro berusaha menentang dominasi Belanda yang kejam dan tidak mengenal perikemanusiaan. Tanggal 20 Juli 1825 meletuslah Perang Diponegoro. Beberapa penyebab meletusnya Perang Diponegoro antara lain sebagai berikut. Pangeran Diponegoro tersingkirkan dari elite kekuasaan, karena tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial. SejarahPenjajahan Indonesia. Selama abad ke-18, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (disingkat VOC) memantapkan dirinya sebagai kekuatan ekonomi dan politik di pulau Jawa setelah runtuhnya Kesultanan Mataram. Perusahaan dagang Belanda ini telah menjadi kekuatan utama di perdagangan Asia sejak awal 1600-an, tetapi pada abad ke-18 mulai BsSh6J. - Secara harfiah, devide et impera dapat diartikan sebagai "pecah dan berkuasa". Strategi ini dipopulerkan oleh Julius Cesar dalam upayanya membangun kekaisaran Romawi. Caranya adalah dengan menimbulkan perpecahan di suatu wilayah sehingga mudah untuk konteks lain, devide et impera juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Seiring waktu, devide et impera juga dikenal sebagai politik pecah belah atau politik adu domba. Baca juga Kebijakan-Kebijakan VOC di Bidang PolitikPolitik devide et impera di nusantara Devide et impera perama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda melalui VOC Vereenigde Oostindische Compagnie. Selain monopoli, salah satu siasat yang digunakan oleh VOC untuk menguasai nusantara adalah devide et impera. Politik adu domba bahkan dijadikan kebiasaan oleh VOC dalam hal politik, militer, dan ekonomi untuk melestarikan penjajahannya di Indonesia. Orientasinya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menaklukkan raja-raja di nusantara. Strategi Belanda yang paling ampuh menghadapi perlawanan dari penguasa lokal adalah dengan meakukan politik adu domba. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID IPgjBiECA5Raa7G8-JU2RB83uabumgHAk49U677A6M0Lu1LO9xlkXQ== - Tujuan kedatangan bangsa Eropa, termasuk Belanda, ke Indonesia pada mulanya adalah untuk mencari rempah-rempah. Dalam perkembangannya, Belanda menjadi serakah dan berhasil menguasai rempah-rempah serta kekayaan alam Indonesia lainnya. Beberapa kekayaan alam yang dimonopoli Belanda melalui kongsi dagang VOC adalah lada dari Banten dan Aceh, beras dari Mataram, dan kopi melaksanakan monopoli perdagangan, VOC diketahui suka ikut campur dalam urusan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan mengadu domba. Mengapa VOC ikut campur dalam kerajaan-kerajaan di Indonesia dan mengadu domba?Tujuan adu domba VOC Selama abad ke-17 dan 18, perdagangan di Batavia dan beberapa wilayah di Nusantara dikuasai secara langsung oleh VOC. Namun, di luar daerah-daerah tersebut, kerajaan-kerajaan Indonesia tetap hidup sebagai kerajaan berdaulat dan memegang kendali atas pangkalan-pangkalan dan rute-rute perdagangan. Dalam persaingan dan perebutan kekuasaan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, baik melalui diplomasi ataupun peperangan, VOC akhirnya berhasil memaksakan perjanjian-perjanjian terhadap raja-raja di Indonesia. Tujuan VOC terlibat dalam urusan internal kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah VOC ingin memecah belah kekuasaan kerajaan-kerajaan pribumi. Hal ini dilakukan karena kekuatan VOC hanya terbatas, dibandingkan dengan wilayah kekuasaannya di Nusantara yang sangat luas.